07 Januari 2008
24 Desember 2007

Hari ini rencananya aku dan beberapa orang anak STAPALA mo ngikutin acara spedaan ke Citatih atas ajakan pak Nug. Oleh Imam acara itu diberi nama STAPALA goes to Citatih (SGtC). Acara diawali dengan berkumpul di Kantor Pusat Ditjen Bea Cukai di Rawamangun pukul 5 pagi. Kebetulan Aku, Imam, Quntse, Yoyon, Cibob, Gobog, Ebol, Terong dan Iyok bermalam disana jadi biar gampang koordinasinya. Sedangkan peserta yang lain seperti mas Jarot, Mbak Dina, Mas Nug dan beberapa orang dari DJBC janjian bertemu di sana.

Jam ½ 6 pagi kami mulai berangkat menuju ke sukabumi mengendarai 1 Honda stream, 2 APV dan 1 pick up. Sebelumnya kami berhenti di Cibubur untuk menjemput 2 orang temen pak Nug dan para guide dari Cherooke Adventure. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke meeting point. Diselingi macet karena banyak pabrik dan sekolah tidak libur 2 jam perjalanan kami habiskan menuju lokasi.

Sampai disana kami disambut dengan teh dan kopi sebagai welcome drink dan sepiring nasi goreng. Hm.. bener – bener sarapan yang pas. Setelah sarapan untuk mengisi perut kami melakukan checking sepeda dan mendengarkan pemaparan medan dari mas Gajah guide dari cheeroke Adventure. Katanya “70 % persen trek adalah jalan tanah dan sisanya aspal dan jalan batu.”.

bergaya sebelum berangkat


Jam 9 kami mulai perjalanan, setelah melewati jalan aspal kami memasuki jalan tanah dalam hutan karet. Mungkin karena masih belum terbiasa dengan medan beberapa peserta agak kecapean. Sehingga apabila setelah menemui jalan yang susah kami pun berhenti untuk beristirahat. Kebetulan trek yang kami lalui perpaduan antara jalan setapak dan jalan desa, sehingga kami sering kali menjadi bahan tontonan anak kecil. He… oya ada sedikit intermezo, ternyata trek yang kami lalui melalui pemandian desa yang berada ditengah hutan. Dan kebetulan trek tersebut agak menanjak, jadi beberapa peserta yang harus mendorong tidak melewatkan intermeso tersebut. :-p

cek hp....

Perjalanan belum mencapai ½ rute yang ditentukan ketika kami dipecah menjadi 2. Rute yang agak landai dilalui oleh rombongan Mbak Dina dan pendampingnya Mas Jarot dan Cibob serta seorang dari Bea Cukai yaitu Pak Heru. Mungkin karena merasa jalur yang akan dilalui terlalu menantang untuk dilalui oleh Mbak Dina, maka para guide memecah rombongan.

Jalur yang satunya, yang aku lalui pertama – tama masih berupa jalan tanah dalam hutan yang berupa tanjakan dan turunan. Lumayan membuat ngos – ngosan. Namun yang paling menantang adalah adalah sebuah turunan panjang yang dinamai Amadablam oleh para guide. Turunan yang diawali oleh jalan tanah dan ditengah – tengah berubah menjadi jalan batu. Selain membutuhkan sedikit skill, ternyata pemandangan sekitar jalur itu cukup menawan. Dan ternyata jalur yang licin karena hujan itu membuat beberapa orang kehilangan kendali. selain aku yang menggelandang ke pematang sawah, Ebol pun terpeleset di jalan yang berbatu. Untung luka yang dialami tidak terlalu parah.

narsis sebelum downhill... :-p

ini turunannya

Namun korban pertama perjalanan ini akhirnya jatuh juga. :-p Qun qun jatuh dijalan aspal karena ada motor dari arah berlawanan pada saat dia melewati turunan. Sehingga membuat dia kaget dan terjatuh. Untung tempat evakuasi yang pertama tidak terlalu jauh. Sehingga dia dapat mendapat perawatan di finish line.

Setelah semua peserta sampai di pos evakuasi pertama dan selesai beristirahat dengan Bacang (enak euy… karbohidrat yang enak) dan minuman yang disediakan oleh cherooke kami melanjutkan perjalanan yang ternyata melewati sebuah jembatan gantung dari bambu. Setelah jembatan yang cukup mendebarkan untuk dilalui tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan mendorong sepeda sepanjang pematang sawah. Hal itu dikarenakan jalan yang dilalui cukup kecil dan licin. Beberapa kali aku terjatuh karena licinnya jalan.

jembatan gantungnya

ini tanjakan setelah jembatan

Setelah bersusah payah mendorong selama 500 meter lebih, kami sampailah dijalan setapak yang menuju ke jalan raya. Oleh guide Aku diberitahu bahwa pos evakuasi kedua tidak terlalu jauh dari situ. Kami pun melanjutkan menuju ke pos evakuasi kedua. Disana sudah menunggu panitia dari cherokee yang menyediakan air minum. Dari petunjuk staf cherooke yang ada di pos 2 kami diberitahu kalo rute slanjutnya adalah menyusuri jalan desa beraspal (ternyata petunjuk yang salah). Aku pun besyukur karena penderitaan mendorong sudah berakhir.

Tak beristirahat lama aku melanjutkan perjalanan. Jalanan aspal cukup membuat kami nyaman melakukan spedaan. Namun itu cuma sebentar kami nikmati karena selanjutnya berubah dengan bebatuan yang cukup licin. Dengan rem tangan yang dipegang dengan kencang aku menuruni turunan berbatu yang licin itu. Lengan cukup sakit karena memegang stang sepeda yang bergetar cukup kuat.

Tiba – tiba dari arah depan ada truk yang sedang berhenti. Aku mencoba untuk mengendalikan sepeda agar tidak menabrak truk itu. Namun karena jalan licin dan menurun, hal tersebut susah untuk dilakukan. Akhirnya aku banting sepeda kearah kiri yang berupa tanah lapang. Untung tidak jatuh. He…

Ternyata kemudian aku beserta 3 orang yang didepan ditunjukkan oleh guide untuk masuk jalan kampung lagi. disuruh menyusuri jalan kampung sampai menemukan sebuah jembatan gantung (lagi?). Dengan mengandalkan insting kami memasuki jalan tersebut dan walaupun sedikit tersesat kami sampai juga dijembatan tersebut dan menyeberanginya. Karena mengira kami berpisah jauh dengan rombongan dibelakang kami, kami pun berinisiatif untuk istirahat sebentar dipinggir kali. Ternyata rombongan berikutnya telah dibelakang kami.

Aku pun melanjutkan perjalanan, diawali tanjakan panjang yang masih bisa untuk dikendarai dengan bersepeda. Kemudian jalan mulai mengecil dan licin sehingga aku harus mulai mendorong. Dan ternyata pekerjaan mendorong itu aku lakukan untuk melewati 3 bukit dalam jalur perjalanan tersebut. Aku Cuma bisa bersepeda ketika jalan berupa turunan, itu pun tidak banyak dan membuatku beberapa kali terjatuh. Bahkan sampai aku terjengkang ke depan.

Setelah penderitaan mendorong 3 bukit tersebut, aku sampai di pos evakuasi ke-3 yang dinamai kampung Vietkong (jangan tanya kok bisa dinamai kayak gitu, aku pun tak tau.. :-p). Sambil menunggu peserta yang lain aku melepas dahaga dengan Pocari Sweat (bukan iklan lho) yang disediakan oleh panitia. Tak lupa Bacang yang kubawa dari pos pertama aku makan untuk menambah tenaga. Setelah mulai banyak peserta yang datang, kami pun mulai berkeluh kesah mengenai rute yang telah kami lewati. Dan pak Nug pun ngomong “mas Gajah tadi lupa ngomong kalo selain 70 % persen trek adalah jalan tanah dan sisanya aspal dan jalan batu, 30 dari trek tersebut itu kita harus mendorong”. Yang disambut dengan tawa dari para peserta yang lain.

Rute selanjutnya yang kami lewati adalah jalan batu yang cukup panjang. Diawali tanjakan panjang yang membuat kami harus mendorong karena terlalu terjal. Kemudian diikuti dengan turunan panjang yang cukup licin. Tercatat beberapa kali para peserta terjatuh, salah satunya Imam yang jatuh dengan sempurna. :-p Sedangkan aku karena masih amatiran cukup dalam menekan rem depan dan belakang agar laju sepeda tidak terlalu kencang. Jalan yang berbatu itu juga membuat tangan kami cukup kesakitan karena guncangan sepeda. Namun apa daya, karena jalan berbatu cukup panjang jadi mau tak mau kami harus melalui jalan itu.

Pada akhirnya kami sampailah di jalan aspal yang sudah tidak jauh dari finish line (emangnya perlombaan :-p). sambil menunggu yang lain kami beristirahat disebuah pos ronda. Namun karena peserta yang lain ingin cepat sampai ke tempat peristirahatan maka aku dan imam pun ikut melanjutkan perjalanan. Tak sampai 10 menit kami sudah sampai ditempat peristirahatan dimana qun – qun, Mbak Seeback dan mas Gadul sudah menunggu disana. Tak kusangka aku yang berada dirombongan yang pertama sampai sudah melaksanakan perjalanan sepanjang 28 km selama 6 jam. Cukup melelahkan.

digaris pinis

Sampai disana kami mulai membersihkan diri dan beristirahat sebentar. Beberapa orang minta dipijat yang kebetulan oleh cherokee adventure telah disediakan tukang pijat disana. Tak lupa minum kelapa muda yang disediakan dan mencicipi nasi timbel khas sunda serta udang rebus (hm… enak euy).

Satu persatu rombongan sampai ditempat peristirahatan. Beberapa orang yang sudah kecapaian diangkut memakai pick up cherokee. Yang terakhir sampai adalah rombongan Mbak Dina dengan didampingi oleh guide dari cherooke. Kagum juga dengan kegigihan mbak Dina melewati rute – rute yang cukup melelahkan tersebut tanpa mau dievakuasi.

Setelah semua sampai dipondok peristirahatan dan beristirahat serta membersihkan diri. Kami pun bersiap – siap untuk pulang. Cibob yang membawa mobil sendiri beserta Yoyon, Terong, Ebol dan Gobog langsung menuju ke kampus jurang mangu. Sedangkan Aku, Mbak Dina, Imam, Iyok dan Mas Jarot yang menumpang mobil Mas Nug ikut sampai ke rawa mangun. Sedangkan peserta yang lain langsung menuju ke rumah masing – masing.

Sesampainya di rawamangun ternyata jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Karena sudah cukup larut, Mas Nug mengusulkan agar kami tidur di kantor pusat BC lagi terus paginya kami gowes +- 25 Km perjalanan Rawamangun – Bintaro.

inilah sepeda pinjaman yang kupakai....

He… 1 day adventure yang menyenangkan dan capek tentunya. :-p tapi memang bikin kepengen untuk mengulanginya lagi. ada yang mau ikut lagi?


|

1 Celoteh Orang:

Anonim mengatakan...

ijin share gan