19 Desember 2007

Aku punya temen – temen yang baik, terlalu baik malah. Mereka rajin mencarikanku seorang pasangan. Setiap ada wanita yang mampir ke kantor dan kelihatan single pasti dijodohkan denganku. Melihat aku yang masih jomblo, mereka merasa bertanggung jawab untuk mencarikanku pasangan. Dari mulai bendahara pengeluaran, staf keuangan satuan kerja maupun SPG yang menawarkan barang. Dan setiap usaha yang mereka lakukan itu cuma kubalas dengan senyuman. Senyuman getir, karena aku takut untuk mengawali hubungan dengan orang lain yang tidak bener – bener aku suka. Aku takut cuma menyakiti perasaan para wanita tersebut. Karena aku sadar saat ini aku masih sangat egois. Aku masih berkeinginan menjalani apa yang kusenangi dengan sesuka hatiku. Maka aku hanya berpikir untuk menyenangkan diriku sendiri.

Aku punya beberapa kisah percintaan (aku ngga tau bisa disebut kisah cinta atau bukan) yang berakhir dengan aku yang menyakiti seseorang. Aku takut itu terulang kembali. Jadi aku sering menjaga jarak kepada para wanita. Jarak yang kuberikan hanya sebatas senyum dan tegur sapa (kecuali untuk wanita yang kuanggap sebagai sahabat, temen dan adik tentunya). Jadi selama aku masih belajar untuk tidak egois, aku yakin aku akan tetap menjadi seperti ini. Maklum orang bergolongan darah B dan berbintang Gemini sifat egoisnya sangat tinggi….

Jadi doakan saja proses belajar itu cepat untuk berakhir…..




|
18 Desember 2007

Kemaren siang setelah makan siang aku pergi ke pom bensin. Beli bensin untuk motor mas samudro yang sering kupinjem untuk makan siang. Tadinya melihat antrean panjang motor, ingin kuurungkan beli bensin di pom bensin itu. Pengen beli eceran saja. Tapi ternyata sedang ada pergantian shift jaga petugas pom bensin. Ya sudah menunggu lagi.

Tak berapa lama antrean motor pun mulai berderet – deret maju sesuai giliran. Tapi tiba – tiba dari arah belakang seorang bapak pake seragam ijo hansip maju melewati giliranku. Wah, nyari perkara nih. Kayaknya orang ini muka tebel. Aku lihat mas hari, dia menyuruh maju aja. Akhirnya aku maju disebelah bapak itu. Ech dia malah marah2.

“kalo ngantre ikut giliran donk.”

“lho tadi yang dibelakang siapa pak?” pertanyaan bodoh kusampaikan pada bapak bodoh yang ngga ngerti bagaimana cara mengantri.

“ya kamu itu..”

Waduh, bener – bener cari perkara nih bapak ini. Sabar, omongannya cuman kubalas dengan senyum. Tapi perkara antrian tetep ngga mau ngalah. Stang sepeda motorku kupegang dengan kuat sehingga dia tak bisa maju. Namun dengan sedikit memaksa sepeda motor bapak itu berhasil maju sedikit didepan motorku. Aku yang sudah tak bisa menahan amarah lagi berusaha untuk maju lagi ketika petugas pom bensin menunjukku.

“Bapak yang itu dulu” katanya kepada temennya yang memegang pompa bensin

“sepuluh ribu aja” kataku sambil senyum – senyum. Kulihat bapak berseragam ijo yang ngerti antrian itu bersungut – sungut. Dan aku cuman tersenyum penuh kemenangan. Ha3x… ternyata petugas pom bensinnya mengerti siapa yang antre duluan. He…. Aku pun kemudian pergi sambil bersiul – siul, tertawa atas kejadian yang kualami.

Inilah hal – hal sepele yang sering terjadi di Kotabumi. Banyak orang disini yang merasa kalo dia penguasa Kotabumi sehingga berbuat seenaknya di Kotabumi. Dari masalah antrean (udah 2 kali aku hampir berkelahi gara – gara orang yang ngga ngerti apa yang namanya antre) sampai orang yang marah – marah di Bank BRI karena dananya belum cair. Jadi bagi yang penempatan di Kotabumi, siapin mental ya. He….



|
07 Desember 2007

Ringtone smsku menyala saat aku membuka pintu kamar. sebuah sms dari Sari, tadinya langsung ingin kubiarkan. tapi kuurungkan niat itu dan langsung buka inbox dan kubaca..

An, Nanti malam bisa ketemu khan?

Waduh, pasti karena peristiwa semalam. Hariku sudah buruk tanpa adanya sms dari cewek itu. Lama kupikir dan kupetimbangkan apakah akan kuiyakan permintaan Sari. Dalam suasana hatiku yang sedang tidak bagus, aku sedang malas menanggapi semua omongannya. Tapi kalo tidak kutemui, tingkahnya semakin menjadi. Semakin aku dipojokan dengan berbagai komentar -komentar yang membuat pusing kepala.

Oke… jam berapa? Dimana?

Di Kafe, jam 8 malam. Aku tunggu lho An. Kamu jangan menghindar.

Hm… sekarang masih jam 6, masih ada 2 jam lagi sebelum pertemuan itu. Aku masih bingung menghadapi pertemuan kami jam 8 nanti. Terlalu banyak masalah diantara kami. Kami mempunyai pandangan berbeda yang tak mungkin dapat disatukan.

**

Jam saat ini sudah menunjukan pukul ½ delapan malam. Lokasi kafe yang hanya beberapa menit dari kontrakan membuatku tak terlalu terburu – buru untuk berangkat. Aku sudah menyiapkan mental atas apa yang akan aku hadapi.

Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di Kafe tempat Aku dan Sari biasa bertemu. Tempat kami bertemu setahun yang lalu. Tempat kami berdebat, bertengkar, bercanda dan bercengkerama. Kulihat pelataran parkir, Tak kulihat mobil Sari disana.

“ngelihat sari ngga pak sarno?” tanyaku kepada satpam kafe yang menghampiriku

“belum den.. dari tadi saya belum ngeliat. Emang janjian ama non Sari den?” tanya dia balik kepadaku.

“Iya pak, ya udah saya tunggu didalam aja.” Sambungku sambil melangkah menuju kedalam kafe.

Keadaan kafe sedang sepi. Kafe ini biasanya rame kalo hari sabtu dan minggu. Biasanya kalo hari senin seperti malam ini, kafe cuman dipenuhi oleh para pelanggan setia yang suka ngutang kayak aku ini. He… mumpung yang punya temen SMA.

Setelah memesan minum dan sedikit ngobrol dengan bartender, aku menuju ke pojokan tempat kami biasa duduk dan menikmati suasana kafe. Jam sudah menunjukan pukul 8 lebih 5 menit, tapi bayangan Sari belum terlihat juga.

Sambil menunggu dia, aku pun melamunkan peristiwa semalam yang masih membekas dihati. Membuatku susah tidur, bener – bener membuat hariku begitu buruk. Membuatku tak begitu semangat menjalani hari ini. Tak ada cobaan yang lebih berat daripada apa yang telah terjadi tadi malam. Dan mungkin akan bertambah buruk dengan apa yang akan kuhadapi dengan Sari.

Tiba – tiba seorang melompat didepanku.

“tuh… bener khan milan ngga ada apa2nya dengan inter. ama Roma aja kalah, dikandang lagi.” Sebuah suara cewek mengagetkan lamunanku. “Jadi aku boleh menyuruhmu melakukan apapun sepuasku khan?”

Kupandangi sang pemilik suara yang dengan bangganya memakai kaos biru hitam milik klub paling kubenci.

Dan aku Cuma menjawab singkat….

“Sepuasmulah…!”